Sebanyak 170 petani milenial Kabupaten Madiun berkumpul di Pendapa Ronggo Djumeno, kemarin (23/7). Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun sengaja mengumpulkan ratusan petani muda itu untuk sharing pengalaman dengan duta petani milenial Kementrian Pertanian (Kementan) melalui kegiatan workshop.
“Harapan kami para petani milenial Kabupaten Madiun bisa mengembangkan berbagai komoditas hortikultura,pangan,perkebunan hingga peternakan secara komprehensif, “ungkap Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun, Sumanto.
Menurut dia, petani milenial sebagai pelaku utama bidang Ketahanan Pangan di masa depan itu harus cerdas membaca pasar. Penawaran dan permintaan diperhitungkan betul agar harga tidak jatuh. “Selain itu, harus punya hitung-hitungan analisa usaha tani. Jangan sampai biaya produksi dan hasil tidak sebanding, “tegasnya.
Sumanto menambahkan, sinergi akan terus dibangun untuk mendukung pengembangan usaha petani milenial itu. Salah satunya menggandeng OPD lain. Misalnya, Dinas Perdagangan,koperasi dan usaha mikro (disperdakop-UM) untuk membantu pemasaran. “Akan kami bantu sinergikan semua melalui OPD-OPD terkait, “tuturnya.
Duta petani milenial Kementan RI Taufik Mawaddani, narasumber workshop yang sukses mengembangkan pertanian di Sleman, menyebutkan bahwa iklim usaha pertanian di Sleman dan Bumi Kampung Pesilat tidak jauh berbeda.
Kabupaten Madiun justru dinilai lebih potensial lantaran memiliki lahan pertanian lebih luas dan Sumber Daya Manusia (SDM) bagus. Yang berbeda, kata petani milenial kelahiran Desa Jatisari, Geger Kabupaten Madiun, itu faktor mental dan strategi.
